versi lain klik disini
I. LATAR BELAKANG
Dunia pertambangan batubara saat ini mulai melirik ke tambang bawah permukaan (underground), bahkan ESDM mendukung untuk alih teknologi dari tambang permukan (open pit) ke tambang underground. Sesuai dengan kecenderungan lapisan batubara yang memiliki kemiringan (slope) maka semakin lama kedalaman batubara akan semakin dalam. Dengan demikian ongkos produksi open pit akan semakin meningkat sejalan dengan semakin bertambahnya volume lapisan penutup yang harus dipindahkan. Selain faktor ongkos produksi, ada beberapa faktor lain yang menjadi pertimbangan mulai diliriknya underground. Faktor tersebut diantaranya semakin meningkatnya biaya untuk pembebasan lahan, adanya faktor landscape dari pemerintah, pinjam pakai dan lain-lain sesuai dengan lokasi, keadaan sosial masyarakat lingkar tambang serta kebijakan pemerintah daerah.
Tulisan ini hanya membahas mengenai faktor ongkos produksi, tidak memperhitungkan faktor-faktor lain sebagaimana telah diutarakan diatas. Apabila ongkos produksi open pit semakin meningkat sementara sumberdaya batubara di lokasi yang dimiliki perusahaan masih potensial, maka perlu kita ketahui kapan dan sampai dimana batasan open pit, dan kapan dan dimana underground akan menambah cadangan tertambang bagi perusahaan. Hal ini perlu kita ketahui sejak dini sebelum cadangan open pit mendekati habis karena ada kemunginan underground ternyata tidak ekonomis pada saat yang diharapkan karena cadangan batubara underground tidak bisa menutupi besarnya biaya investasi yang perlu dikeluarkan, terutama pada perusahaan yang memiliki bentuk lokasi yang cenderung memanjang sesuai arah cebakan batubara.
Sehubungan dengan hal tersebut diatas, pendekatan analisis keekonomian dengan metode yang sistematis perlu dilakukan untuk memperhitungkan batasan wilayah dimana kedua metode penambangan (open pit dan underground) memberikan keuntungan maksimum dan konservasi cadangan yang optimum bagi perusahaan.

II. BIAYA OPEN PIT
Striping Ratio (SR) adalah ratio antara lapisan penutup yang harus dipindahkan dengan batubara yang dihasilkan. Ini merupakan metode sederhana yang dapat digunakan apabila faktor-faktor yang mempengaruhi biaya ekstraksi dan pengolahan relatif konstan dan revenue yang diperoleh setiap blok sesuai dengan jumlah batubaranya.

Peringkat Biaya Marginal – Pada metode ini, peringkat didasarkan pada nilai biaya penambangan dan pengolahan pada setiap blok secara individual.

Gambar 2 menunjukan penampang melintang sebagai contoh sederhana peringkat biaya marginal. Biaya rata-rata dan biaya marginal untuk penambangan seam sampai bagian bawah dari dua bagian seam mulai dari strip pertama dapat dilihat di table 1. Dari contoh tersebut terlihat bahwa penambangan yang paling menguntungkan adalah cukup seam bagian atas sampai di strip ke empat, dan untuk strip selanjutnya dilakukan penambangan sampai seam terbawah.

III. BIAYA UNDERGROUND
Sampai saat ini teknik yang sistematis untuk membuat penilaian biaya marginal cadangan underground masih belum ada. Kita mengenal teknik Cut of Grade, namun itu hanya cocok untuk melakukan penilaian underground bijih bukan batubara.
Penilaian deposit underground batubara selama ini memerlukan rencana tambang yang memperlihatkan total batubara yang dapat dikeluarkan secara fisik dan teknikal dalam penilaian keekonomiannya.
Setelah desain tambang sudah siap, dilanjutkan dengan rencana produksi sesuai dengan beberapa macam scenario produksi. Biaya operasional dan kapital rata-rata kemudian di terapkan untuk mengitung cash flow. Analisis keekonomian bisa diperoleh dengan adanya cash flow tersebut yang sesuai dengan penentuan batasan-batasan yang ada.
Pada peta rencana tambang gambar dibawah telah ditentukan untuk produksi longwall sekitar 15 tahun ke depan. Untuk memperoleh ROR yang disyaratkan maka tambang harus dapat menghasilkan total ROM biaya operasional dibawah $35.00 per ROM tonne.
Layout jangka panjang telah di desain sesuai kondisi struktur batuan dan infrastruktur di permukaan sebagaimana terlihat di gmbr 3.

Berdasarkan dimensi terowongan, dimensi longwall, density batubara,diperoleh data sebagai berikut.
Overall ekstraksi 83.4 %
Development to LW ratio 1 : 13.51 (perbandingan tonase)
Perkiraaan biaya:
Development $125.00 per Dev Ton
Longwall $16.00 per LW Ton
Outbye and others $9.00 per ROM Ton.
Total Operating Cost $32.50 per ROM Ton.

Akses untuk ke B memerlukan biaya development main heading tambahan dan pembuatan tail gate baru sebesar $7.10 per ROM tonne.
Kita ketahui sebelumnya bahwa biaya operasional untuk setiap blok longwall adalah $32.50 per ROM tonne. Total biaya untuk menambang area B adalah $39.60 per ROM tonne ($32.50 plus $7.10) yang lebih tinggi dari syarat ROR sebesar $35.00 per ROM tonne. Namun biaya operasional rata-rata total A & B $33.71 per ROM tonnes

IV. BIAYA KAPITAL UNDERGROUND
Dalam proses pembobotan biaya, tahap pertama adalah menentukan apakah reserves underground dilokasi cukup untuk menunjang biaya capital yang diperlukan untuk tipe penambangan underground kedepan. Apabila underground reservesnya tidak memungkinkan maka otomatis UG tidak akan ekonomis. Dengan demikian, biaya capital sebaiknya tidak dimasukan saat membandingkan pembobotan biaya antara open pit dengan operasi underground. Biaya capital hanya berpengaruh pada penentuan minimum mineable reserve underground sesuai ROR yang disyaratkan.

Gambaran Batas Area Open Pit, underground dan Highwall Mining
Pembobotan biaya open pit dan underground dapat di terapkan untuk menentukan perkiraan batasan area antara open pit dan underground. Proses ini juga dapat memperlihatkan area mana yang tidak ekonomis dengan open pit dan underground. Biasanya daerah tersebut bisa dianalisis untuk ditambang dengan highwall mining. Perlu diketahui bahwa metode highwall mining akan kurang applicable untuk diterapkan di Indonesia yang cenderung memiliki lapisan batubara dengan kemiringan yg lebih besar dari 5o, kondisi batuan yang lemah serta curah hujan yang tinggi.
Pertimbangan lain perlu di identifikasi secara menyeluruh dalam rangka konservasi cadangan ini, seperti pertimbangan Total Positive Revenue, NPV, pertimbangan umur perijinan PKP2B, pinjam pakai kehutanan dll.
Setelah kita mengetahui batas daerah masing-masing metode, kemudian kita harus memastikan penjadwalan produksi dan hasilnya akan membantu dalam perhitungan keekonomian untuk penentuan desain tambang dan jadwal penambangan yang optimum. Pembobotan biaya masing-masing metode dapat di kaji lagi dengan analisis discounted cash flow (DCF) untuk resultan nilai produksi. Gambar 4 menunjukan batas akhir open pit , area highwall mining dapat diterapkan, dan underground sebagai hasil dari DCF analisis.
Pada akhirnya, keputusan setiap site atau lokasi mengenai perencanaan gabungan antara open pit, highwall dan underground akan berbeda-beda namun dengan metode yang kami utarakan mudah-mudahan menjadikan pendekatan yang cukup membantu.

Pustaka : A Systematic Methodology for Economically Delineating the Transition Between Opencut, Underground and Highwall Mining System. Runge Mining Australia, Pty. Ltd, October 1998.